--> Skip to main content

Sejarah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Menantu Cerdas yang Gagah Berani

Sejarah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Menantu Cerdas yang Gagah Berani, Dia adalah khalifah pertama dari kalangan Bani Hasyim. Ayahnya adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf, dan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf. Ali dilahirkan di dalam Ka'bah dan mempunyai nama kecil Haidarah.

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
 

Untuk meringankan beban Abu Thalib yang mempunyai anak banyak, Rasulullah saw. merawat Ali. Selanjutnya Sayyidina Ali tinggal bersama Rasulullah di rumahnya dan mendapatkan pengajaran langsung dari beliau. Ia baru menginjak usia sepuluh tahun ketika Rasulullah menerima wahyu yang pertama. 


Sejak kecil Ali telah menunjukkan pemikirannya yang kritis dan brilian. Kesederhanaan, kerendah-hatian, ketenangan dan kecerdasannya yang bersumber dari Al-Qur'an dan wawasan yang luas, membuatnya menempati posisi istimewa di antara para sahabat Rasulullah saw. lainnya. Kedekatan Ali dengan keluarga Rasulullah saw. kian erat, ketika ia menikahi Fathimah, anak perempuan Rasulullah yang paling bungsu.

Sejarah Ali bin Abi Thalib, Menantu Cerdas yang Gagah Berani

1. Di Madinah
Dari segi agama, Ali bin Abi Thalib adalah seorang ahli agama yang faqih di samping ahli sastra yang terkenal, antara lain lewat bukunya "Nahjul Balaghah".

Ali selalu mendukung Nabi Muhammad s.a.w. saat kezaliman terhadap orang Muslim terjadi. Pada tahun 622 Masehi, saat peristiwa hijrah terjadi, Ali mengambil risiko dengan tidur di tempat tidur Rasulullah saw lantas berhasil menghindari satu upaya membunuh baginda. Ali sendiri bermigrasi beberapa tahun setelah itu. 

Selama terjadinya Perang Badar, Ali menggagalkan kejuaraan Quraisy yaitu Walid ibni Utba di samping tentara Makkah yang lain. disamping itu para sahabat Rasulullah juga memainkan peran yang penting di sisi Nabi sebagai pejuang agama Allah.

Selama sepuluh tahun Nabi Muhammad s.a.w. memimpin penduduk Madinah , Ali senantiasa menolong dan membantu beliau demi kemajuan umat Islam . Dia bergabung semua peperangan bersama Rasulullah saw. kecuali Perang Tabuk . Beliau juga menjadi salah seorang hakim dan penulis wahyu beliau .

Setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. pada tahun 632 Masehi , Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pertama umat Islam . Adalah dikatakan bahwa Ali terus menerima Abu Bakar sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw . sekaligus membantah fitnah yang dilontarkan oleh kaum Syiah . Anggota Sunni percaya penunjukan Abu Bakar merupakan sesuatu yang tepat sekali sesuai syariat Allah dan Rasulullah . Bahkan Ali menjadi salah seorang tentara Islam di bawah pemerintahan Abu Bakar untuk memerangi kaum yang murtad dan tidak mau membayar zakat . Golongan Syiah pula percaya mengingat Ali adalah menantu dan sepupu Rasulullah saw maka dialah yang seharusnya diangkat menjadi khalifah.

2. Menjadi Khalifah

 
Syahidnya Utsman bin Affan membuat kursi kekhalifahan kosong selama dua atau tiga hari. Banyak orang, khususnya para pemberontak, mendesak Ali untuk menggantikan posisi Utsman. Para sahabat Rasulullah saw. juga memintanya, Atas keputusan anggota Syura menyarankan Ali agar menjadi khalifah tetapi Ali menolak. Tapi setelah didesak, ia akhirnya menerima untuk menjadi khalifah keempat pengganti Utsman.
Hal pertama dia lakukan setelah dilantik menjadi khalifah adalah mencari pembunuh Utsman menurut saluran hukum Islam. dengan menghapus pemberontakan yang hendak dibuat oleh orang Rafidhah yang menghasut para sahabat. Istri Rasulullah yaitu Ummul Mukminin Aisyah, dan dua orang sahabat Nabi yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam telah terlibat sama .

3. Terjadinya Pemberontakan


Mungkin karena suasana peralihan kekhalifahan kini penuh dengan kekacauan, para pemberontak yang menyebabkan syahidnya utsman masih bercokol dan membuat onar. Sementara ada banyak orang yang menuntut ditegakkannya hukum bagi pembunuh Utsman. Situasi saat itu membuat Ali sulit untuk memulai penataan pemerintahan baru yang bermasa depan cerah. Usahanya membuat penyegaran dalam pemerintahan dengan memberhentikan seluruh gubernur yang pernah diangkat Utsman, malah memicu konflik dengan Muawiyah.

Di sisi lain, muncul konflik antara Ali dan beberapa orang sahabat yang dikomandani oleh 'Aisyah, Ummul Mukminin. Puncak konflik ini menyebabkan meletusnya Perang Jamal (Perang Unta). Dinamakan demikian karena Aisyah mengendarai unta. Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam yang berada di pihak Aisyah gugur, sedangkan Aisyah tertawan.

Muawiyah, yang menyimpan ambisi politik yang besar, berpendapat bahwa penyelidikan dengan pembunuhan Utsman adalah merupakan prioritas bagi negara ketika itu dan ia ingin mengetahui siapakah pembunuh Utsman dan pembunuh tersebut harus dihukum qisas. Bagi Ali, ia berpendapat kondisi dalam negeri harus diamankan terlebih dahulu dengan seluruh penduduk berbaiat kepadanya sebelum ia menyelidiki kasus pembunuhan Utsman. Muawiyah kemudiann menyatakan rasa kesal dengan kelambatan Ali menyelidiki kematian Utsman, lalu meluncurkan serangan terhadap Ali. Akhirnya terjadilah Perang Siffin di antara Muawiyah dan Ali pada 37 H. Pasukan Ali yang berjumlah sekitar 95.000 orang melawan 85.000 orang pasukan Muawiyah. Ketika peperangan hampir berakhir, pasukan Ali berhasil mendesak pasukan Muawiyah. Namun sebelum peperangan dimenangkan, muncul 'Amr bin Ash mengangkat mushaf Al-Qur'an menyatakan damai. Terpaksa Ali memerintahkan pasukannya untuk menghentikan peperangan, dan terjadilah gencatan senjata.

Sejarah Ali bin Abi Thalib, Menantu Cerdas yang Gagah Berani 


Akibat kebijakan Ali itu, pasukannya pecah menjadi tiga bagian. Kelompok Syiah dengan segala resiko dan pemahaman mereka tetap mendukungnya. Kelompok Murji'ah yang menyatakan mengundurkan diri. Dan kelompok Khawarij yang memisahkan diri serta menyatakan tidak senang dengan tindakan Ali.

Kelompok ketiga inilah yang akhirnya memberontak, dan menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap Ali sebagai khalifah, Muawiyah sebagai penguasa Suriah dan 'Amr bin Ash sebagai penguasa Mesir. Mereka berencana membunuh ketiga pemimpin itu.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, mereka menyuruh Abdurrahman bin Muljam untuk membunuh Ali bin Abi Thalib di Kufah; Amr bin Bakar bertugas membunuh 'Amr bin Ash di Mesir; dan Hujaj bin Abdullah ditugaskan membunuh Muawiyah di Damaskus.

Hujaj tidak berhasil membunuh Muawiyah lantara dijaga ketat oleh pengawal. Sedangkan 'Amr bin Bakar tanpa sengaja membunuh Kharijah bin Habitat yang dikiranya 'Amr bin Ash. Saat itu 'Amr bin Ash sedang sakit sehingga yang menggantikannya sebagai imam shalat adalah Kharijah. Akibat perbuatannya, Hujaj pun dibunuh pula.Sedangkan Abdurrahman bin Muljam berhasil membunuh Ali yang saat itu tengah menuju masjid. Khalifah Ali wafat pada tanggal 19 Ramadhan 40 H dalam usia 63 tahun. Syahidnya Ali bin Abi Thalib menandai berakhirnya era Khulafaur Rasyidin.
Sebarkan !!! Semoga bermanfaat.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ       

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Dirangkum dari berbagai sumber

Sekian dulu sobat sedikit berbagi tentang Sejarah Ali bin Abi Thalib, Menantu Cerdas yang Gagah Berani ini, semoga bermanfaat.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar